Berita


AKUPUNKTUR VETERINER
Akupunktur hanya untuk manusia??
Sepertinya, pertanyaan diatas sangat salah, sebab akupunktur selain diaplikasikan pada manusia juga bisa di aplikasikan pada dunia veteriner sebagai salah satu upaya preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif. Dalam salah satu seminar oleh drh. Dharmojono, DVM menjelaskan tentang akupunktur veteriner pada Juni 2011 bersama dengan Asosiasi Dokter Hewan Praktek Hewan Kecil se-Bali. Dalam kuliah singkat nya dokter hewan yang juga berpraktek sebagai akupunkturis manusia ini menjelaskan bahwa pada dasarnya akupunktur pada manusia sama dengan pada hewan, hanya saja yang membedakan adalah topografi titik- titiknya. Dalam prakteknya, akupunktur dan moksibasi dapat dilakukan secara mandiri maupun komplemen/ penunjang kedokteran konvensional atau pengobatan lainnya, seperti pengobatan herbal

Akupunktur berasal dari bahasa Yunani yang artinya, acus: benda tajam dan pungere (to puncture): menusuk. Selain akupunktur ada juga moksibasi yaitu suatu teknik untuk merangsang pemanasan dari daun. Akupunktur veteriner telah dipraktikkan sejak zaman Dynasti Zang dan Chow ( kurang lebih 2000BC) kemudian berkembang terus menerus. Pada awalnya perkembangan akupunktur berdasarkan pengalaman tradisional yang panjang (experiences), lalu dilanjutkan dengan percobaan (experiments) lalu penelitian (researches) di berbagai negara Asia, Eropa, Rusia, Amerika, dst. Pada saat ini kedua teknik ini akupunktur dan moksibasi sudah menjadi milik dunia dengan motto MAREM, yaitu Mudah, Aman, Rasional, Efektif, Murah. Namun meskipun MAREM, tidak sembarang Dokter Hewan boleh melakukannya. American Veterinary Medical Association (AVMA, 1998) sudah menyatakan: “Veterinary acupuncture and acutherapy are considered valid modalities, but the potential for abuse exists. These techniques should be regarded as surgical and or medical procedures under state practice acts. It is recommended that extensive continuing education programmes be undertaken before a veterinarian in considered competent to practice acupuncture”.
Akupunktur dan moksibasi pada prinsipnya adalah memberikan rangsangan/ stimuli pada titik- titik akupunktur atau daerah tertentu pada permukaan tubuh untuk menyeimbangkan energi tubuh selaras dengan kaidah alam. Titik akupunktur atau acupoints yang dimaksudkan adalah “lubang” di dalam kulit yang mempunyai hubungan melalui jalur komunikasi yang disebut meridian yang menuju jaringan atau organ tertentu. Adanya hubungan yang unik melalui “meridian” ini menyebabkan apabila terjadi fenomena patofisiologik didalam jaringan atau organ, maka fenomena tersebut akan dipancarkan ke permukaan tubuh pada acupoints. Oleh karena itu jika terjadi kondisi patologik di dalam jaringan atau organ, maka melalui acupoints dapat dilakukan rangsangan/ stimuli untuk memperbaiki fungsi jaringan atau organ yang mengalami keadaan patologik. Biasanya titik akupunktur sifatnya relatif elektroresponsible. Rangsangan/ stimuli terhadap titik tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1.      Mekanis menggunakan jarum, pijatan, penotogan, dll. Cara inilah yang dilakukan dalam akupunktur tradisional.
2.      Thermis dengan memanasi titik yang dipilih dengan menggunakan moksa bakar. Sekarang digunakan infra-red atau TDP (thermal Deep Penetration).
3.      Listrik, yaitu dengan rangsangan gelombang listrik EAA (Electro Acupuncture Apparatus).
4.      Laser
5.      Ultrasonik, yaitu gelombang suara frekuensi tinggi
6.      Magnet, berupa butir magnet yang berisi medan listrik statis.
7.      Kombinasi dari beberapa cara diatas.

Aspek anatomis titik acupoints yakni berlokasi di subkutan, otot, tendon atau fascia. Diameter titik ini antara 1-2 mm. Secara histologi titik acupoints memiliki ujung syaraf (nerve endplates) yang lebih banyak sehingga merupakan nerve plexus, terutama syaraf otonom. Selain itu, titik ini juga harus memiliki hubungan dengan peredaran darah dan limfe superfisial.
Aspek fisiologis titik acupoints antara lain yakni harus memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan yang bukan acupoints, memiliki hubungan spesifik antara jaringan kulit dan organ dalam (cutaneus visceral reflex), memiliki daya hantar listrik dan gelombang suara (ultrasonik) lebih cepat, potensi muatan listrik tinggi sebesar (350 mV), kapasitas listriknya tinggi (0,1-1 mikro Farad), memiliki resistensi/ tahanan listrik rendah (20-250 Ohm). Selain itu acupoints juga harus memiliki ambang rangsang, maksudnya adalah titik acupoints baru bisa menimbulkan efek jika durasi dan intensitas rangsangannya cukup serta memiliki cutaneus respiration lebih intensif.
Atas dasar karakteristik anatomis dan fisiologis seperti tersebut diatas, maka acupoints dapat dicari dengan alat elektronik akupunktur serta dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, karena acupoints dapat berubah secara dinamik bila ada kelainan, yang dikenal sebagai “fenestration occlusion phenomenon”. Apabila acupoints mendapat rangsangan maka akan terjadi efek- efek yang diantaranya adalah memperbaiki sistem peredaran darah dan limfe baik lokal maupun sistemik dan keseimbangan energi tubuh, memperbaiki prosses metabolisme dan sekresi, meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki fungsi jaringan lokal maupun organ dalam.
Mengetahui betapa besar manfaat dari akupunktur veteriner baik sebagai upaya pengobatan mandiri atau komplemen ternyata tidak diimbangi dengan penguasaan kompetensinya oleh dokter hewan yang ada di Indonesia, sampai sejauh ini sangat minim sekali dokter hewan yang menguasai metode akupunktur. Namun ada juga dokter hewan praktek di beberapa Rumah Sakit Hewa Jakarta yang sudah menerapkan metode akupunktur. (pransika eksy)

0 Response to "Berita"